Cukup membuat deposit minimal $ 1 ke akun Anda!
Dapatkan kondisi trading terbaik dan penawaran bonus yang menarik! Yuk segera berinvestasi trading forex! di Salma Markets! Dan dapatkan kondisi trading terbaik!
Salma Markets - berinvestasi dalam kemenangan Anda!
Download untuk Windows
Download untuk Android
Download untuk iOS
Deposit
Withdrawal
Daftarkan akun
Buka Akun Live
Login Nasabah
Informasi yang direkomendasikan
Maret 03, 2023
Menurunnya mata uang Asia yang hampir merata tentu mengkhawatirkan bagi para investor di mata uang ini. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, di mana hal tersebut perlu menjadi alarm atau ancang-ancang waspada bagi investor.
Mengetahui penurunan dan penguatan pada beberapa sektor yang mempengaruhi kejadian ini akan sangat membantu agar bisa membuat keputusan bijak jika hendak melakukan penjualan atau pembelian.
Simak informasi lengkap mengenai penurunan mata uang Asia tersebut melalui rangkuman artikel di bawah ini.
Pada hari Kamis lalu pasar dikejutkan karena mayoritas atau hampir semua mata uang dari Negara-Negara di kawasan Asia mengalami penurunan.
Penurunan nilai mata uang Asia tersebut terjadi akibat semakin meningkatnya rasa khawatir pasar atas kebijakan atau langkah yang diambil oleh Federal Reserve.
Pihak Federal Reserve mengambil tindakan yang lebih hawkish atau tindakan agresif untuk memperketat kebijakan moneter.
Akibat tindakan tersebut, maka mendorong terjadinya penguatan untuk imbal hasil Treasury pada Rabu lalu. Sementara itu beberapa data ekonomi di kawasan regional yang melemah turut membuat sentimen menjadi terhambat.
Beberapa negara besar yang memiliki perekonomian paling besar di dunia, menunjukkan mulai adanya tanda-tanda inflasi.
Karena adanya tanda inflasi tersebut, kekhawatiran pun semakin meningkat berkaitan dengan suku bunga yang akan tetap lebih tinggi dalam jangka waktu lebih panjang.
Beberapa hal yang dijelaskan di atas pada akhirnya secara umum muali mengimbangi rasa optimis terhadap pemulihan ekonomi di Negeri Tirai Bambu, China.
Optimisme tersebut juga semakin jelas, di mana negara yang memiliki perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut mulai mencatatkan laju pertumbuhan aktivitas ekonominya. Di mana laju pertumbuhan aktivitas bisnis menjadi terkuat dalam lebih dari satu dekade ini.
Yuan China termasuk ke dalam beberapa mata uang yang berkinerja buruk di Kamis kemarin. Hal tersebut terlihat dari penurunan dari reli 1% pada sesi sebelumnya. Sedangkan Yuan dan Yuan luar negeri melemah terhadap dolar AS sekitar 0,4%.
Perubahan kebijakan pemerintah yang lebih luas juga diantisipasi pasar, karena minggu ini fokus utamanya adalah pertemuan dari para pejabat China. Hasil pertemuan tersebut tentu menjadi fokus banyak pihak.
Beberapa mata uang negara lain yang berkuatan dengan China juga ikut melemah dari kenaikan baru tersebut. Buktinya terlihat dari menurunnya dolar Taiwan sebesar 0.3% dan won Korea Selatan sebesar 0.5%.
Melemahnya data ekonomi juga ikut memberikan gambaran yang tidak menyenangkan terhadap pasar Asia yang lebih luas, walaupun di China menunjukkan ada indikatir-indikator pemulihan.
Data milik Korea Selatan memperlihatkan bahwa adanya penurunan produksi di negara ini yang melebihi perkiraan di bulan Januari dari bulan sebelumnya.
Lalu Yen juga ikut mengalami penurunan sebesar 0.2% setelah adanya data yang menunjukkan belanja modal di Jepang ini tetap kuat, bahkan walaupun di kuartal IV keuntungan bisnisnya menurun.
Walaupun angka itu menunjukkan adanya kekuatan pada PDB kuartal IV, angka ini juga menunjukkan adanya peningkatan inflasi du dalam waktu dekat ini.
Lalu di antara mata uang di kawasan Asia Tenggara, baht Thailand mengalami sebesar 0.5%. Hal tersebut terlihat setelah data memperlihatkan bahwa ekspor di Thailand menurun jauh lebih besar daripada perkiraan pada bulan Januari lalu.
Selain itu defisit perdagangan Thailand juga ikut menurun melebihi perkiraan selama ini.
Pelemahan secara luas dari mata uang Asia ini terjadi ketika data harga produksi di AS secara tidak terduga mengalami pertumbuhan pada Februari lalu. Hal ini membuat kekhawatiran semakin bertambah jika inflasi akan naik kembali di bulan itu.
Setelah rilis itu, imbal hasil Treasury AS melonjak, di mana untuk imbal hasil jangka pendek menjangkau level tertinggi 16 tahun saat spekulasi mengenai suku bunga AS akan tetap lebih tinggi lebih lama.
Pasca mengalami penurunan tajam, dolar AS kembali mengalami stabil terhadap beberapa mata uang lainnya. Indeks dolar naik sebesar 0.1%, begitu juga dengan indeks dolar berjangka pada persentase yang sama. Keduanya juga masih mendekat level paling tinggi dua bulan.
Pada akhirnya terjadinya kenaikan suku bunga AS memberikan isyarat kurang baik untuk mata uang Asia, karena adanya kesenjangan atas utang berisiko dan utang berisiko menyusut.
Salma Team
Tim dukungan pelanggan kami yang berdedikasi siap memberikan dukungan lokal dalam 10 bahasa.