Cukup membuat deposit minimal $ 1 ke akun Anda!
Dapatkan kondisi trading terbaik dan penawaran bonus yang menarik! Yuk segera berinvestasi trading forex! di Salma Markets! Dan dapatkan kondisi trading terbaik!
Salma Markets - berinvestasi dalam kemenangan Anda!
Download untuk Windows
Download untuk Android
Download untuk iOS
Deposit
Withdrawal
Daftarkan akun
Buka Akun Live
Login Nasabah
Informasi yang direkomendasikan
Desember 05, 2022
Pekan lalu, harga emas mengalami penurunan, berbalik melemah yang sebelumnya sempat naik tajam sebelumnya disebabkan data pekerjaan AS lebih baik kuat dibandingkan prediksinya. Akan tetapi ekspektasi bahwa Federal Reserve bakal menaikkan suku bunga yang relatif lebih kecil pada pekan depan akan menahan kerugian lebih lanjut lagi.
Dalam kontrak emas paling aktif khusus pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, sempat jatuh 0,31% atau 5,60 dolar US menjadi ditutup pada 1.809,60 dolar US per ounce. Tetapi, pada minggu ini emas berjangka masih tercatat membukukan kenaikan sekitar 3,10%.
Emas berjangka cenderung naik 3,14 persen pada awal bulan Desember lalu, setelah sebelumnya turun 0,22 persen pada akhir bulan November.
Departemen Tenaga Kerja AS sudah melaporkan bahwa data pengajian non pertanian atau NFP mengalami kenaikan 263.00 pada bulan November. Hal tersebut jelas jauh diatas prediksi 200.000 dan tingkat pengangguran sekitar 3,7 persen, sejalan pula dengan ekspektasi.
‘’Emas sudah mengalami reli yang cukup bagus sedari awal bulan November dan aksi ambil untung pun bisa terjadi lagi, namun penurunan yang signifikan justru tidak bisa dijamin,’’ jelas Ed Moya, salah seorang analis di platform perdagangan online OANDA.
‘’Ekonomi pun melambat serta inflasi dipaksa harus tetap menurun di sini, dan membenarkan jeda kenaikan dari suku bunga Fed setelah kuartal pertamanya,’’ tambahnya.
Hampir selama 15 minggu terjebak dalam harga 1.70 dolar US atau lebih rendah, baik untuk emas Comex maupun emas spot menembus pada level tertinggi 5 bulan di atas 1.800 dolar US pada awal Desember. Hal tersebut dikarenakan inflasi AS sudah melandai dan pertumbuhan dari pekerjaan menunjukkan kemungkinan terjadi kenaikan suku bunga Fed bulan ini relatif kecil.
Sementara itu, pernyataan dari Ketua Federal Reserve Powell mengenai perlambatan kenaikan suku bunga pada bulan Desember awal minggu ini sukses mendorong emas, data pekerjaan pun menjadi lebih kuat dibandingkan prediksi sebelumnya.
Yang mana implikasi inflasi yang cenderung tinggi, ada kemungkinan bisa mengakibatkan bank sentral AS untuk mundur pada kebijakan moneter yang sudah agresif, berdasarkan analis pasar.
Menjawab atas pertanyaan tersebut setelah pidato di Universitas Loyola, Presiden Fed Chicago Charles Evans menjelaskan bahwa Fed sudah berada di jalur guna mengembalikan inflasi kepada targetnya.
Sebagian besar dari mata uang Asia bergerak sedikit sekali pada pekan lalu disebabkan adanya kewaspadaan munculnya data gaji AS. Yang mana besar kemungkinan bisa mempengaruhi kebijakan moneter, walaupun sinyal dari Federal Reserves mendorong dolar US ke level terendah dalam tiga bulan terakhir.
Mata uang regional pun sudah ditetapkan untuk kenaikan yang begitu kuat pada minggu ini disebabkan The Fed menandai kenaikan suku bunga yang jauh lebih kecil pada beberapa bulan mendatang. Yen Jepang naik 0,1 persen dan tercatat kinerja terbaik mata uang Asia pada minggu ini.
Yuan China mengalami penurunan 0,2% walaupun pembayaran China bakal melonggarkan kebijakan anti Covid yang ketat membuat mata uang tersebut naik pada minggu ini sekitar 1,7 persen.
Mata uang Asia yang jauh lebih luas diredam pada pekan lalu. Won Korsel naik sekitar 0,4 persen, lalu untuk dolar Taiwan mengalami kenaikan hingga 1,3 persen.
Lebih fokus pada data non farm payrolls (NFP) AS yang resmi dirilis, diharapkan bakal menunjukkan bahwa pasar pekerjaan negara tersebut sedikit mendingan selama bulan November. The Fed sudah menargetkan pendinginan di pasar tenaga kerja sebagai bagian dari langkah untuk inflasi pada tahun ini.
Di kawasan Asia Tenggara, mata uang Thailand baht menjadi terbaik pada depan ini dengan kenaikan mencapai 2,6 persen, menyusul kenaikan dari suku bunga dan lebih banyak sinyal hawkish dari bank sentral negara tersebut.
Sementara untuk Rupiah Indonesia mengalami peningkatan sekitar 0,8 persen, yang mana merupakan kinerja terbaik pada pekan lalu setelah pembacaan inflasi yang cenderung kuat untuk bulan November serta menunjukkan juga bahwa bank sentral sudah akan kembali meneruskan kenaikan suku bunga.
Salma Team
Tim dukungan pelanggan kami yang berdedikasi siap memberikan dukungan lokal dalam 10 bahasa.