Cukup membuat deposit minimal $ 1 ke akun Anda!
Dapatkan kondisi trading terbaik dan penawaran bonus yang menarik! Yuk segera berinvestasi trading forex! di Salma Markets! Dan dapatkan kondisi trading terbaik!
Salma Markets - berinvestasi dalam kemenangan Anda!
Download untuk Windows
Download untuk Android
Download untuk iOS
Deposit
Withdrawal
Daftarkan akun
Buka Akun Live
Login Nasabah
Informasi yang direkomendasikan
November 11, 2022
Komoditi minyak sendiri memang mengalami penurunan pada beberapa minggu terakhir yang juga berimbas pada penyesuaian harga minyak Indonesia. Salah satunya bisa terlihat dari penyesuaian harga BBM yang mengalami perubahan pada awal bulan November tahun 2022 ini.
Penurunan harga minyak ini dipercaya merupakan salah satu efek dari penurunan permintaan Cina yang melakukan pembatasan karena meningkatnya covid. Sementara pasar saat ini sedang berhati-hati menunggu kepastian rilisan data inflasi dari Amerika serikat yang akan berpengaruh pada kebijakan The Fed selanjutnya.
Komoditi minyak memperpanjang penurunan dalam perdagangan Asia yang terjadi pada penutupan perdagangan hari Kamis (10/11). Ini merupakan penurunan untuk sesi keempat berturut-turut disebabkan karena pembaruan pembatasan di Cina sebagai salah satu importir minyak mentah terbesar di dunia.
Hal ini jelas memberikan beban kepada pasar dan para pedagang lain yang saat ini sedang menunggu data trilisan inflasi AS sebagai petunjuk kenaikan suku bunga selanjutnya. Minyak mentah berjangka brent menurun 41 sen atau 0,4% diperdagangkan menjadi 92,24 dolar AS per barel pada pukul 07.33 GMT.
Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate atau WTS juga mengalami penurunan 48 sen atau 0,6% diperdagangkan menjadi 85,35 dolar AS per barel. Harga minyak mentah brent tersebut turun lebih dari 6,0% pada minggu ini sementara WTI turun lebih dari 7,0% yang bisa terasakan berimbas juga kepada harga minyak di berbagai negara.
Kasus Covid-19 di Cina sendiri dilaporkan pada sebuah kota di Guangzhou yang berpenduduk 19 juta orang sudah mencapai laporan lebih dari 2000 kasus. Jutaan penduduk juga sudah diperintahkan untuk melakukan tes covid, sementara salah satu distrik kota juga sudah melakukan lockdown mencegah penularan ke seluruh Cina.
Sementara di Amerika serikat yang akan segera merilis data indeks harga konsumen diperkirakan akan menunjukkan perlambatan tingkat inflasi untuk angka inti bulanan maupun tahunan. Hal ini bisa menyebabkan The Fed mengurangi ukuran kenaikan suku bunga yang sebelumnya telah direncanakan dan dianggap positif bagi pertumbuhan permintaan minyak dan ekonomi.
Harga minyak ini juga berada di bawah tekanan setelah mendapatkan peningkatan besar dalam persediaan minyak mentah AS yang dilaporkan pada hari Rabu (9/11). Saat ini stok minyak mentah naik 3,9 juta biro dilaporkan oleh badan informasi energi dan membawa persediaan ke level tertinggi sejak Juli 2021.
Sementara persediaan bensin turun 900.000 level terendahnya sejak Maret 2014 juga dialami oleh stok sulingan yang turun 500.000 barel. Beberapa analis memperkirakan brent akan mencapai rata-rata sekitar 95 dolar AS per barel setidaknya pada kuartal 4.
Hal ini dimungkinkan karena pasukan semakin ketat dan adanya penerapan larangan uni Eropa untuk impor minyak pada lintas laut Rusia. Namun prediksi tersebut bisa saja berubah seiring dengan kebijakan negara-negara besar seperti China, AS dan Uni Eropa.
Sebelumnya pada Agustus 2022, pemerintah Amerika Serikat telah memproyeksikan harga minyak dunia akan terus menurun mulai dari kuartal ketiga tahun ini sampai akhir 2023. Prediksi tersebut disampaikan oleh Badan Administrasi Informasi Energi AS dalam laporan Short Term Energy Outlook edisi bulan Agustus 2022.
Pada laporan tersebut tercatat rata-rata minyak brent dan WTI secara kuartalan terus mengalami kenaikan sejak kuartal I 2021 sampai kuartal II tahun 2022. Namun mulai kuartal III 2022 diproyeksikan harga minyak akan mulai menurun karena harganya lebih tinggi dibanding masa sebelum meletusnya konflik Rusia-Ukraina.
EIA menegaskan proyeksi tersebut bisa berubah seiring dengan munculnya berbagai faktor lain secara global. Terbukti penurunan ini sudah terlihat sejak awal bulan November 2022 yang dipengaruhi oleh menurunnya permintaan dari China.
Proyeksi menurunnya harga minyak dipercaya juga akan dipengaruhi oleh invasi Rusia ke Ukraina dan bagaimana saksi mempengaruhi produksi minyak dari Rusia. Keputusan produksi dari OPEC+ akan meningkatkan produksi minyak dan gas alam serta berbagai faktor lainnya juga ikut andil.
Termasuk penurunan permintaan dari China yang saat ini memberikan efek besar kepada harga minyak dunia. Namun penurunan harga minyak dunia sampai akhir tahun 2023 mendatang diharapkan bisa kembali menjadi dasar penyesuaian harga BBM di tanah air.
Salma Team
Tim dukungan pelanggan kami yang berdedikasi siap memberikan dukungan lokal dalam 10 bahasa.