Cukup membuat deposit minimal $ 1 ke akun Anda!
Dapatkan kondisi trading terbaik dan penawaran bonus yang menarik! Yuk segera berinvestasi trading forex! di Salma Markets! Dan dapatkan kondisi trading terbaik!
Salma Markets - berinvestasi dalam kemenangan Anda!
Download untuk Windows
Download untuk Android
Download untuk iOS
Deposit
Withdrawal
Daftarkan akun
Buka Akun Live
Login Nasabah
Informasi yang direkomendasikan
November 23, 2022
Mengalami pembukaan perdagangan pada pagi hari ini, Rabu (23/11/22) indeks dollar AS menunjukkan pelemahan tipis. Kondisi ini terjadi karena Dollar AS berada di bawah tekanan jelang risalah rapat FOMC.
Indeks Asia dan Eropa ditutup dengan berada di zona hijau pada Selasa (22/11/22) kemarin. Sementara ini Wall Street membukukan kenaikan substansial dengan penambahan paling banyak pada jam-jam terakhir perdagangan.
Di sisi lain, imbal hasil obligasi 10 tahun turun 7 bp sehingga menjadi 3.75% dan penawaran 2 tahun 4.51% hampir tidak turun untuk hari itu. Fokus pelaku pasar saat ini bergeser ke Risalah Rapat FOCM.
Diprediksi the Fed akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 bp pada pertemuan kelimat secara berturut-turut pada awal bulan ini. Kenaikan suku bunga ini kemungkinan akan berimbas pada kenaikan nilai mata uang dollar AS.
Hasil Risalah Rapat FOMC rencananya akan dirilis pada Kamis (24/11/22). Hasil ini diharapkan sesuai ekspektasi pelaku pasar sehingga the Fed tidak perlu lagi menaikkan suku sebesar 75 basis poin seperti pada keputusan sebelumnya.
Di sisi lain, presiden Federal Reserve Cleverland, Loretta Mester mengungkapkan bahwa ekspektasi inflasi jangka panjang masih cukup kuat meski pertumbuhan upah tertinggi berada di bawah inflasi di beberapa besar sektor.
Pada Selasa sore, indeks dollar AS yang mengukur greenback terhadap mata uang lainnya mengalami penurunan sebesar 0.2% di angka 107.507. Padahal pada malam sebelumnya, nilai dollar sempat mengalami kenaikan mendekati 0.8% dan menjadi kenaikan terbesar sejak 3 November.
Sebelumnya, nilai tukar dollar AS terpantau menguat saat memburuknya situasi Covid di China yang mendorong permintaan untuk mata uang safe haven. Akan tetapi mata uang Amerika Serikat tersebut terpantau menutup perdagangan Eropa dengan penurunan pada Selasa kemarin (22/11/22).
Angka Covid yang meningkat di China menambah kekhawatiran bahwa aktivitas ekonomi akan sangat terpengaruh di negara tersebut. Angka infeksi harian yang telah mencapai rekor tertinggi mendorong langkah-langkah lockdown di beberapa pusat ekonomi sehingga berimbas pada gejolak ekonomi.
Selain dollar AS, beberapa mata uang utama dunia yang mengalami imbas dari lonjakan covid China. USD/CNY mengalami penurunan 0.1% di angka 7.1586 setelah sempat naik lebih dari 0.7%. Sedangkan, GBP/USD justru menunjukkan adanya kenaikan 0.2% di angka 1.184 setelah sempat menunjukkan penurunan 0.6%.
Untuk UER/USD naik 0.2% di angka 1.0265 atau rebound setelah jatuh 0.8% pada saat menjelang rilis angka kepercayaan konsumen zona euro untuk bulan November. Sedangkan USD/JPY mengalami penurunan 0.2% di angka 141.81 padahal sebelumnya sempat naik lebih dari 1% pada sesi sebelumnya.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman bulan Desember di divisi Comex New York Exchange menunjukkan kenaikan tipis sebesar 0.3 dollar AS. Kenaikan ini setara dengan 0.02% sehingga harga emas di tutup pada angka 1.739.90 dollar AS per ounce.
Angka ini menjadi yang tertinggi sesi 1.751.00 dollar AS dan angka terendah di 1.737.90 dollar AS. Sedangkan untuk emas berjangka justru menunjukkan penurunan 14.80 dollar AS atau setara dengan 0.84 persen menjadi 1.739.60 dollar AS pada hari Senin (21/11/22)
Selain emas, rupiah juga menunjukkan adanya peningkatan. Pada perdagangan sore ini, Selasa (22/11/22) nilai tukar rupiah ditutup ke sisi positif. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menguat sebesar 16 poin pada level Rp 15.696. Menguatnya nilai tukar rupiah ini membuktikan bahwa mata uang Asia tidak begitu terpengaruh dengan isu reflasi.
Nilai tukar mata uang rupiah menguat imbas dari dollar AS yang terus menurun akibat terdorong konsolidasi setelah menguat dari dorongan Covid. Saat ini dollar AS tengah terpantau terus bergerak turun karena menurunnya kekhawatiran investor akan imbas kenaikan Covid di China.
Selain rupiah, beberapa mata uang Asia lainnya juga menunjukkan adanya peningkatan. Beberapa mata uang Asia sudah mulai menguat kembali setelah sempat jatuh pada moment hawkish the Fed. Mata uang Asia sebagian besar menunjukkan adanya kenaikan pada penutupan perdagangan hari Selasa sore kemarin.
Salma Team
Tim dukungan pelanggan kami yang berdedikasi siap memberikan dukungan lokal dalam 10 bahasa.