Cukup membuat deposit minimal $ 1 ke akun Anda!
Dapatkan kondisi trading terbaik dan penawaran bonus yang menarik! Yuk segera berinvestasi trading forex! di Salma Markets! Dan dapatkan kondisi trading terbaik!
Salma Markets - berinvestasi dalam kemenangan Anda!
Download untuk Windows
Download untuk Android
Download untuk iOS
Deposit
Withdrawal
Daftarkan akun
Buka Akun Live
Login Nasabah
Informasi yang direkomendasikan
Februari 17, 2023
Dalam rapat komite pasar terbuka FOMC bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve The Fad kembali menaikkan suku bunga. Acuan suku bunga tersebut sebesar 25 poin atau setara dengan 4,5% sampai 4,75%.
Dalam keputusan tersebut berarti The Fad ikut memperlambat laju kenaikan setelah sebelumnya menaikkan 50 basis poin pada bulan Desember dan 75 poin pada 4 pertemuan sebelumnya. Akankah kenaikan suku bunga The Fad juga berdampak terhadap market.
Kenaikan suku bunga yang tidak agresif mampu menunjukkan AS sudah mulai mengalami inflasi menjadi diinflasi ekonomi. The Fad berharap untuk tidak menaikkan suku bunga tahun ini. Keputusan tersebut mengaju pada keinginan untuk mengembalikan inflasi menjadi 2%.
Pada sisi lain juga sudah terlihat pivot yang diakui oleh The Fad. Pivot sendiri merupakan strategi reverse kebijakan, dalam hal ini kebijakan moneter bank sentral.
Aksi pivot yang dilakukan oleh FED pasti dilakukan karena suatu alasan. Salah satunya adalah memperlambat ekonomi agar tidak terlalu overhead.
Pada sisi lain aksi pivot ini juga bertujuan untuk meredam inflasi ataupun sebaliknya. Caranya dengan menstimulus ekonomi agar dapat berjalan dengan normal dan bertumbuh kembali.
Jika dilihat dari data inflasi AS pada periode Desember 2022 turun sebesar 4,1 poin. Penurunan tersebut disebabkan karena indeks harga bensin memiliki kontribusi terbesar terhadap penurunan inflasi pada kenaikan indeks hunian.
Artinya suku bunga AS yang terbilang cukup agresif berhasil menurunkan tingkat inflasi. Saat ini FED tidak begitu agresif dalam menaikkan suku bunga.
Jika Bank Indonesia ikut menaikkan suku bunga, hal ini tentu berimbas terhadap harga barang dan jasa di Indonesia juga ikut naik. Hal ini berdampak ke banyak sektor yang pastinya akan diuntungkan. Baik itu sektor customer, transportasi logistik dan komoditas.
Namun sayangnya efek The Fad jika menaikkan suku bunga akan berimbas pada kenaikan dolar. Bukan hanya itu saja, kebijakan ini juga berimbas pada emiten yang memiliki bunga hutang dengan kurs dolar.
Namun jika BI ikut menaikkan suku bunga maka hal ini juga akan berimbas pada banyak sektor. Salah satunya adalah sektor perbankan, sebab suku bunga naik akan menyebabkan bunga naik, bunga kredit naik dan deposito naik.
Bahkan sektor di luar perbankan juga pasti akan berdampak negatif. Hal ini disebabkan karena cost produksi dan biaya dasar menjadi meningkat.
Secara tidak langsung hal ini juga akan berimbas terhadap harga barang dan jasa yang menjadi naik pula. Sehingga banyak orang akan mengurangi konsumsi dan berdampak pada pendapatan sektor tersebut.
Secara tidak langsung dampak dari kenaikan suku bunga juga akan ikut melekat pada perusahaan yang memiliki hutang besar. Sebab hal ini juga akan berimbas pada kenaikan bunga kredit bank.
Ketika The Fad mengumumkan kenaikan suku bunga emiten-emiten dari sektor teknologi dan perbankan juga ikut naik. Setor teknologi melesat mencapai 4,48%. Bukan hanya sektor teknologi saja, bank-bank digital juga ikut meleset.
Dari sektor teknologi kenaikan suku bunga akan mempengaruhi cost of fund. Terutama pada sektor teknologi yang umumnya dari sisi penjualan meningkat namun belum memiliki laba. Semakin mahal pendanaan maka semakin tipis pula uang yang akan dibakar dan efisiensi akhirnya akan dilakukan.
Sedangkan dari sektor energi diketahui beberapa pekan terakhir Mengalami penurunan. Terutama gas yang turun hingga menembus di angka $2,38 USD.
Padahal sebelumnya harga energi naik dan menjadi salah satu penyebab inflasi. Pada sisi lain China juga merespon mampu mendorong pertumbuhan global.
Hal ini dapat terlihat jelas dari pengaruh pada permintaan sektor energi seperti minyak mentah, batu bara dan gas. Ketika permintaan China sudah mulai normal maka akan ikut mendorong kenaikan sektor energi.
Apabila efek dari kebijakan The Fad akan membuat dollar melambung. Hal ini akan membuat para investor untuk memilih perintah spasi dollar dibandingkan dengan rupiah. Secara tidak langsung hal ini juga akan menarik dana asing keluar dari Indonesia.
Ekonomi Indonesia terbukti kuat di tahun 2022 mengalami pertumbuhan 4,9% - 5,2%. Untuk tingkat inflasi hanya sebesar 3,25% - 3,75%. Tentu akan menyenangkan untuk berinvestasi di Indonesia terbukti dengan ekonominya yang bertumbuh selama periode 2022.
Salma Team
Tim dukungan pelanggan kami yang berdedikasi siap memberikan dukungan lokal dalam 10 bahasa.