Negara Inggris saat ini mengalami masalah ekonomi, keuangan dan geopolitik yang sangat besar. Kebijakan moneter dan fiscal menjadi perhatian pelaku pasar, dimana terjadi penurunan angka inflasi dari puncaknya 11,1% menjadi 10,5%, sementara kenaikan upah pegawai berada dibawah keberadaan inflasi negara tersebut. Suku bunga sejak tahun 2022 sampai tahun 2023 telah naik 8 kali disaat angka inflasi naik dari 5,5% menjadi 11,1% di tahun 2022. Penurunan angka inflasi memang terlihat di Inggris tetapi tidak terlalu signifikan dan terlalu kecil jika dibandingkan dengan negara maju lainnya terutama Amerika Serikat. Kenaikan suku bunga oleh BOE pada minggu lalu terlihat seperti dipaksakan karena angka inflasi yang masih memanas ditengah keterpurukan ekonomi dan geopolitik dinegara tersebut. Maraknya aksi demonstrasi yang dilakukan oleh perawat rumah sakit, pegawai kereta api serta guru, dalam menuntut kenaikan upah, dikomentari oleh Gubernur BOE Andrew Bailey bahwa kenaikan upah ini akan didanai oleh pajak atau melalui pinjaman. Selain itu Bailey mengatakan bahwa angka inflasi akan mulai melemah dengan cepat mulai pertengahan tahun 2023 dan mencapai 4% pada akhir tahun karena turunnya permintaan dan harga barang import. Keadaan ini tentunya akan membuat kebijakan moneter BOE tidak akan terlalu agresif kedepannya.

Ekspektasi Pasar
Dengan adanya ketidakpastian di sektor moneter dan fiscal di negara Inggris maka diprediksi pair GBPJPY cenderung melemah dalam range 160.615 – 157.81

Trading Plan :
Sell Limit  160.61 – 162.33 dengan target 156.21 – 15781
Stoploss 165.14

Grafik GBPJPY timeframe D1

Disclaimer
Fundamental bukanlah teknikal yang dapat berubah dalam hitungan menit bahkan jam, tetapi fundamental merupakan suatu gambaran besar atas pandangan kedepan yang dapat terjadi dalam rentang waktu yang lebih panjang. Perhitungkan money management sangat diperlukan sebelum melakukan transaksi mengingat setiap transaksi dalam forex dapat berakibat habisnya dana yang ditransaksikan.